Sabtu, 23 April 2011

PERAN PERAWAT PEDIATRIK


A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu munculnya orientasi pelayanan dari perawatan isolasi menjadi rooming in, dengan diterimanya family centered atau asuhan yang berpusat pada keluarga sebagai satu pendekatan dengan merawat anak.

Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat terus berjalan. Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan perawatan pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Bantuan perawat yang diberikan pada orangtua adalah dam bentuk pelayanan professional, dengan focus pada pemenuhan kebtuhan dasar yang spesifik, yaitu kebutuhan oksigen, makan, minum, eliminasi, kehangatan, selain kebutuhan lainnya seperti cinta kasih, rasa aman, dan perlindungan.

Asuhan terapeutik yang akan diberikan dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan, penetapan diagnosis, pengobatan, dan perawatan baik pada kasus akut maupun kronis dengan intervensi mencakup pendekatan psikologis, misalnya menyiapkan anak untuk prosedur fisik, memberikan kesempatan pada orangtua untuk terlibat merawat anak dirumah sakit, dan menciptakan suasana / lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua.

B. TUJUAN

  1. Tujuan Umum
    Dapat menjelaskan peran perawat anak dan dapat menjelaskan penatalaksanaan berbagai prosedur khusus pediatric.

  1. Tujuan Khusus
·         Mampu menjelaskan peran perawat anak


A. PERAN PERAWAT PEDIATRIK

Perawat adalah salah satu anggota team kesehatan yang bekerja dengan anak dan orangtua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu sebagai pembela (advocacy), pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, pembina hubungan terapeutik, pemantau, evaluator, dan peneliti. Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak / keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan / menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan, dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.
Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan memberi penyuluhan / pendidikan kesehatan pada orangtua maupun secara langsung dengan menolong orangtua / anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orangtua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak selama anak dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, ketrampilan, serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit.
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa dukungan / dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberi konseling keperawatan ketika anak dan orangtuanya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik, perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orangtua tentang masalah anak dan keluarganya, dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya.
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan anggota team kesehatan lain, dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan komphrensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada disamping pasien. Keluarga adalah mitra perawat. Oleh karena itu, kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif.
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan ditingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti tentang layanan keperawatan anak. Oleh karena itu, perawat harus dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.

Akhirnya sebagai peneliti, perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung, dan menggunakan hasil penelitian kesehatan / keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas asuhan / praktik keperawatan pada anak. Untuk peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan literaturuntuk memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

B. CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

·         KASUS
Seorang ibu memprotest tindakan petugas laboratorium yang terkesan memaksa mengambil darah dan menggerak-gerakkan jarum suntik yang masih tertancap di lengan, saat anaknya dirawat inap di sebuah rumah sakit. Secara sepintas protes tersebut terkesan benar, sedangkan petugas laboratorium terlihat salah. Apakah memang demikian? Bagaimanakah sebaiknya orangtua bersikap, pada saat anaknya sakit dan memerlukan tindakan medik? Rata-rata seorang anak balita (sampai umur 5 tahun) akan mengalami sakit dan memerlukan rawat inap di rumah sakit 1-2 kali dan menjalani rawat jalan sebanyak 7-10 kali. Tindakan medik yang dilakukan dapat sangat bervariasi, baik sekadar ditimbang berat badannya, diperiksa fisik dengan stetoskop dalam posisi berbaring, disuntik imunisasi berulang, difoto rontgen yang sekejap, di-CT Scan atau USG yang agak lama, diambil darah, diinfus bahkan sampai dioperasi, baik kecil dengan bius lokal maupun besar dengan bius umum.
Rasa takut, nyeri, asing dan dingin AC ruangan tindakan, sering kali merupakan ‘beban psikologis’ tambahan yang dirasakan anak, selain rasa sakit dari penyakitnya atau gejala klinisnya itu sendiri. Tidak ada korelasi yang berarti antara derajat sakit penyakitnya dengan beban psikologisnya. Sangat sedikit anak dengan derajat sakit ringan, tetapi justru beban psikologisnya sangat berat, sementara sebagian besar kasus dengan derajat penyakit berat, malahan justru sangat ringan beban psikologisnya.
Sejak lahir, bayi sudah harus dipaparkan, dikenalkan dan dihadapkan dengan kondisi nyata di sekitarnya. Apalagi kalau sudah menjadi anak balita, proses tersebut harus lebih sering lagi, sebab yang nyata di sekitar dapat bersifat hitam atau negatif seperti panas, tajam, nyeri, bahkan jahat. Anak balita harus dihadapkan dengan banyak situasi, tidak hanya yang putih atau positif saja seperti halus, bersih, rapi dan ramah.
orangtua dan pendamping balita yang hanya mengenalkan hal positif, tetapi menutupi hal yang negatif, akan menciptakan penyimpangan perkembangan kejiwaan anak. Mereka yang lebih bersikap melindungi, dibandingkan yang bertindak mendampingi, haruslah segera dibetulkan. Sebagian besar anak yang telah mengalami hal negatif dalam pendampingan, akan berkembang utuh menjadi anak yang berani, berempati, dan berbudi. Sebaliknya, sebagian kecil anak yang justru jarang mengalami hal negatif atau dilindungi terhadap hal tersebut, akan berkembang menyimpang menjadi anak yang penakut, minder dan senang menolak bahkan asosial.
Pada saat anak mengalami sakit dan diharuskan menjalani tindakan medik apapun, anak kelompok kedua akan bersikap ‘manis’, sedangkan anak yang pertama akan bersikap sebaliknya. Celakanya, orangtua atau pendamping anak kelompok pertama tetap saja meneruskan sikapnya yang melindungi dan keliru, namun tidak pernah mau berubah menjadi mendampingi dan bijak. Ada baiknya orangtua terlebih dahulu menanyakan kepada petugas medik, apa yang sebaiknya dilakukan, di mana harus berdiri atau bagaimana cara memegangi anak, sehingga tindakan medik dapat berjalan dengan baik dan tidak memakan waktu percuma.
Dengan menanyakan hal demikian, petugas medik siapa pun akan dapat bekerja dengan tenang, tepat dan benar, sehingga komplikasi dan kesalahan tindakan medik yang tidak perlu, dapat dihindari. Beberapa rumah sakit bahkan sampai menyiapkan sebuah ruang tindakan khusus untuk anak, bukan di kamar ruang rawat inap pasien, di mana orangtua dapat menunggu di luar ruangan atau dapat juga mendampingi anak dengan sikap yang ‘enak’, sehingga petugas medik dapat melakukan tindakannya dalam pencahayaan cukup, ketinggian meja tindakan yang ideal, posisi petugas saat berdiri ataupun duduk yang kesemuanya serba nyaman. Hampir semua tindakan medik, baik yang sederhana seperti pemeriksaan dengan stetoskop, sampai yang agak rumit seperti pemasangan infus atau pengambilan sampel darah anak, dapat disalah mengerti oleh orangtua, pendamping anak ataupun keluarga lainnya yang awam.
Tindakan tersebut sering kali ditawar untuk dibatalkan, ditunda bahkan ditolak dengan tegas oleh orangtua dengan alasan non-medik, rasa kasihan terhadap anak yang kurang tepat, bahkan sering dengan alasan yang tidak jelas (definitif). Segala tindakan medik memang harus dimintakan persetujuan pasien, orangtua atau keluarga terdekat, baik dalam persetujuan tertulis (informed consent), terutama untuk tindakan medik besar ataupun lisan (verbal), untuk tindakan medik sederhana.
Persetujuan atau tidak, selayaknya hanya didasari oleh alasan medik saja, bukan alasan yang lain. Setelah persetujuan tersebut dipastikan, sebaiknya orangtua, pendamping ataupun keluarga memposisikan diri dalam keadaan khusus, mengurangi campur tangan dalam aspek kompetensi, menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kepada otonomi petugas medik, sehingga mereka berada dalam situasi sangat ideal untuk melakukan tindakan medik yang direncanakan dan telah disetujui.
Dengan mendampingi anak secara benar, bukan melindunginya secara melenceng, maka tindakan medik yang dilakukan akan semakin mungkin berhasil baik, penyakit anak akan semakin mudah didiagnosis, anak akan lebih cepat sembuh, pengalamannya di rumah sakit bukan lagi menjadi hal yang menakutkan dan protes yang tidak bijaksana melalui surat pembaca di koran dapat dihindari. Selain itu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berani, kreatif dan matang, bukan sosok yang penakut, pemrotes dan traumatis melenceng.

·         B. PEMBAHASAN
Perawat anak terlibat dalam setiap aspek tumbang anak dan keluarganya. Perawat sangat berperan dalam keperawatan anak terutama bila anak dirawat di rumah sakit dan berfokus pada keadaan atau kesehatan seorang anak dan keluarganya.
Dalam kasus diatas, perawat harus dapat melaksanakan peranya sebagai family advocacy karena perawat dalam mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan serta merencanakan intervensi atau prosedur perawatan terbaik untuk menanggulangi masalah pada anak sangat membutuhkan kerjasama dengan orangtua. Informasi yang adequat tentang treatment dan prosedur, terlibat asuhan keperawatan sangat perlu untuk orangtua sehingga orang tua dapat mendukung praktek pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga medis sehingga dapat tercapai pelayanan yang optimal bagi anak.
Health teaching sangat dibutuhkan, perawat dapat mengajarkan kepada orangtua bagaimana cara mendampingi anak pada saat dilakukan berbagai tindakan atau prosedur medis untuk perawatan anak sehingga dapat mengatasi rasa cemas, takut, marah, dan nyeri. Dan dengan diberikannya suatu pendidikan atau pengajaran tentang kesehatan atau prosedur tindakan medik untuk anak, orangtua akan mengerti pentingnya hal itu dilakukan untuk perawatan anak. Sehingga orang tua dapat mendukung secara aktif mendampingi anak dalam proses perawatan / mendapatkan tindakan medik dari perawat.
Orang tua harus dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi berbagai intervensi pelayanan keperawatan yang akan dijalankan tim kesehatan bagi anaknya. Orang tua harus mengembangkan sikap percaya dan yakin kepada perawat / tim kesehatan lain dalam melakukan berbagai prosedur medis yang dilakukan. Sehingga akan tercapai pelayanan perawatan yang terbaik untuk pemulihan kesehatan anak.

A. KESIMPULAN
Peran perawat dalam keperawatan anak.
  • Pemberi perawatan
  • Sebagai advokat keluarga
  • Pencegahan penyakit
  • Pendidikan
  • Konseling
  • Kolaborasi
  • Pengambilan keputusan etik
  • Peneliti

B. SARAN
Anak yang dirawat dirumah sakit, perlu didampingi oleh orangtua agar tidak menimbulkan rasa takut dan stress, sehingga mempercepat kesembuhan dari anak. Perawat memiliki peran sebagai famili advocacy / caring harus bekerjasama dengan anggota keluarga anak dalam tindakan / prosedur pemberian asuhan keperawatan untuk mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan serta nerencanakan intervensi terbaik untuk menanggulangi masalah. Perawat juga memiliki peran untuk dapat koordinasi / kolaborasi untuk bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

  • Aziz, Alimul A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan I. Jakarta : Salemba Medika
  • Aziz, Alimul A. 2008. Buku Saku Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
  • Behram, Richard. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Jakrta : EGC
  • Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
  • Potter & Perry. 2006. Fundamental Of Nursing. Jakarta : EGC
  • Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
  • Wong, Dona L. 2004. Prosedur Pediatrik. Jakarta : EGC
  • Wong, Dona L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
  • www.kedaulatanrakyat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar